Praktik Nepotisme di Indonesia: Prestasi Kalah Sama Koneksi

Praktik Nepotisme di Indonesia: Prestasi Kalah Sama Koneksi

Journal de la Voix – Praktik nepotisme itu pasti pernah kamu denger, deh. Misalnya, “Eh, dia bisa dapet kerja enak karena anaknya pejabat,” atau “Dia jadi pejabat karena keluarganya udah dari dulu di politik.” Nah, itu contoh nyata dari praktik nepotisme. Di Indonesia, praktik ini masih sering banget kejadian. Meski udah banyak aturan yang coba mencegah, kenyataannya koneksi dan hubungan keluarga kadang masih lebih kuat dari prestasi.

Tapi, sebenarnya apa sih nepotisme itu? Kenapa bisa muncul? Dan kenapa bisa jadi masalah serius buat anak muda dan masa depan negara kita?

Apa Itu Praktik Nepotisme?

Nepotisme itu istilah yang dipakai saat seseorang dapet jabatan, pekerjaan, atau fasilitas tertentu bukan karena dia pintar atau berprestasi, tapi karena dia punya hubungan keluarga atau dekat sama orang berkuasa. Bisa karena dia anak, keponakan, adik, bahkan kadang cuma “teman dekat”.

Misalnya gini: ada dua orang ngelamar kerja. Satunya punya nilai bagus, pengalaman oke, dan udah lewatin semua tahap tes. Tapi yang satu lagi adalah anak bos besar di kantor itu. Yang diterima siapa? Ya jelas yang punya koneksi, meskipun kemampuannya nggak seberapa. Itulah contoh nyata praktik nepotisme.

Kenapa Praktik Nepotisme Jadi Masalah?

Sekilas, nepotisme mungkin kelihatan sepele. Tapi kalau dibiarkan, praktik ini bisa bikin sistem jadi rusak. Orang yang sebenarnya mampu jadi kalah sama yang cuma “punya orang dalam”. Akibatnya, banyak banget efek negatif yang muncul, seperti:

  • Kerja jadi nggak profesional, karena yang kerja nggak punya kemampuan yang dibutuhkan.
  • Muncul rasa nggak adil, terutama buat mereka yang udah usaha keras.
  • Menutup peluang buat orang lain, khususnya yang dari kalangan biasa-biasa aja.
  • Meningkatkan risiko korupsi, karena jabatan diisi oleh orang yang lebih mikirin kepentingan keluarganya, bukan kepentingan umum.

Lama-lama, praktik nepotisme ini bisa bikin negara jadi stuck dan nggak berkembang. Potensi anak muda terabaikan cuma gara-gara mereka “nggak punya siapa-siapa”.

Contoh Praktik Nepotisme di Indonesia

Nepotisme itu bisa muncul di banyak bidang. Mulai dari politik, pemerintahan, sampai dunia hiburan pun bisa kena.

  • Dunia Politik

Indonesia punya banyak contoh dinasti politik, yaitu keluarga yang anggotanya saling mewarisi jabatan politik. Misalnya, ayahnya jadi bupati, anaknya jadi wali kota, lalu istrinya nyalon jadi anggota DPRD. Kadang mereka memang punya pengalaman, tapi nggak sedikit juga yang menang karena “nama besar”.

Padahal, dalam demokrasi, harusnya semua orang punya peluang yang sama buat dipilih rakyat. Kalau satu keluarga terus yang berkuasa, gimana nasib anak muda yang pengin ikut berkontribusi?

  • Dunia Kerja dan Birokrasi

Banyak cerita soal rekrutmen PNS atau BUMN yang terkesan “titipan”. Walaupun sekarang prosesnya makin transparan, tetap aja masih ada yang bisa “masuk lewat belakang”. Misalnya, ada anak pejabat yang tiba-tiba dapet posisi strategis tanpa pengalaman cukup.

Hal ini bikin generasi muda yang berjuang lewat jalur resmi jadi kecewa. Mereka ngerasa usahanya sia-sia karena tetap aja yang punya kenalan yang menang.

  • Dunia Pendidikan

Pernah denger cerita soal anak pejabat atau anak orang kaya yang bisa masuk kampus top, padahal nilai mereka biasa aja? Atau yang dapet beasiswa tanpa seleksi ketat? Nah, itu juga termasuk praktik nepotisme. Sistem pendidikan harusnya jadi tempat yang adil buat semua orang, tapi kenyataannya belum tentu.

Apa Dampaknya Buat Anak Muda?

Buat anak muda, praktik nepotisme bisa bikin putus asa. Udah capek-capek belajar, latihan, ikut lomba, bahkan kerja sambilan, tapi tetap kalah sama yang punya “koneksi”. Ini bisa bikin:

  • Rasa percaya diri turun drastis
  • Motivasi belajar jadi hilang
  • Banyak yang jadi skeptis sama sistem

Tidak heran kalau banyak anak muda sekarang ngerasa susah maju kalau nggak punya link atau “orang dalam”. Padahal, negara kita butuh banget anak muda yang optimis dan punya semangat juang.

Suara Anak Muda Melawan Nepotisme

Meski begitu, anak muda sekarang udah makin sadar dan vokal soal isu ini. Di Twitter, TikTok, bahkan forum online, banyak banget yang cerita pengalaman mereka yang “kalah” sama praktik nepotisme. Ada yang cerita gagal masuk kerja karena saingannya anak bos, atau gagal seleksi kampus karena kuota udah penuh buat “titipan”.

Tapi dari situ, mulai muncul juga kesadaran pentingnya transparansi dan keadilan. Banyak anak muda yang sekarang mulai berani ngomong, bahkan ngasih edukasi ke teman-temannya tentang pentingnya meritokrasi (penilaian berdasarkan kemampuan).

Gimana Cara Ngelawan Praktik Nepotisme?

Kita nggak bisa langsung ngilangin nepotisme, tapi ada langkah-langkah yang bisa kita lakuin buat lawan praktik ini:

  • Tingkatkan Kesadaran

Ngomongin nepotisme itu penting. Makin banyak orang yang sadar, makin kecil kemungkinan praktik ini terus berlanjut. Jangan takut bahas di kelas, komunitas, atau media sosial.

  • Dukung Sistem yang Transparan

Pilih pemimpin yang mau terbuka dan transparan. Dukung sistem rekrutmen atau seleksi yang pakai tes terbuka, nilai objektif, dan tanpa “titipan”. Transparansi bikin sistem lebih adil.

  • Jangan Ikut-Ikutan

Kalau suatu saat kamu punya posisi penting, jangan ikut-ikutan pake koneksi buat ngasih jabatan ke saudara. Mulailah dari diri sendiri buat ngebangun budaya adil dan profesional.

  • Fokus ke Pengembangan Diri

Walaupun sistem belum sempurna, tetap penting buat terus belajar, nambah skill, dan cari pengalaman. Dunia sekarang makin terbuka. Banyak kerjaan atau peluang yang bisa didapet tanpa lihat latar belakang, asal kamu punya kemampuan dan bukti kerja nyata.

Harapan untuk Masa Depan

Bayangin kalau Indonesia bisa bebas dari praktik nepotisme. Siapa pun yang berprestasi bisa dapet tempat terbaik. Anak muda dari kampung bisa jadi menteri, anak petani bisa jadi ilmuwan top, dan siapa pun bisa sukses asal kerja keras.

Itu semua bisa kejadian kalau kita mulai dari sekarang — dengan sadar, peduli, dan berani ambil sikap. Anak muda adalah kunci buat masa depan yang lebih adil dan sehat.

Penutup

Praktik nepotisme memang masih jadi tantangan besar di Indonesia. Tapi bukan berarti kita nggak bisa berubah. Dengan keberanian buat bersuara, dukungan terhadap sistem yang adil, dan semangat buat terus berkembang, kita bisa pelan-pelan melawan budaya praktik nepotisme.

Kamu punya suara. Gunakan itu. Karena masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak muda yang berani berkata, “yang penting bukan siapa kamu kenal, tapi apa yang kamu bisa.”

journaldelavoix Avatar

Robert Dans

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.