Apa Itu Plea Bargaining? Trik Hukum yang Sering Dipakai di Pengadilan

Apa Itu Plea Bargaining? Trik Hukum yang Sering Dipakai di Pengadilan

Journal de la Voix – Plea bargaining adalah istilah yang mungkin sering kita dengar di film-film barat, terutama di adegan pengadilan. Biasanya, ada pengacara dan jaksa yang negosiasi di ruang tertutup buat “deal” kasus klien mereka. Plea bargaining ini sebenarnya adalah “tawar-menawar” antara terdakwa dan pihak penuntut supaya terdakwa ngaku bersalah dengan imbalan hukuman yang lebih ringan. Jadi, terdakwa nggak perlu melalui sidang panjang yang bisa bikin stres dan mahal. Di satu sisi, pihak penuntut juga jadi lebih cepat menyelesaikan kasus tanpa perlu repot menghadirkan bukti yang rumit.

Sebenarnya, plea bargaining itu semacam “tawar-menawar” dalam kasus pidana. Terdakwa bakal ngaku bersalah buat dakwaan yang lebih ringan atau sebagian dari dakwaan yang ada. Tujuannya? Ya, biar hukumannya lebih ringan! Misalnya, ada yang kena kasus narkoba dengan jumlah besar, terus dia ngaku bersalah buat jumlah kecil aja. Jadinya, hukumannya nggak seberat yang seharusnya.

Di Amerika Serikat, praktik ini sudah umum banget dan dianggap bagian penting dari sistem peradilan pidana. Tapi, di Indonesia, plea bargaining belum ada aturan resminya. Walau begitu, kadang dalam kasus korupsi ada negosiasi kayak gini. Jadi, walau nggak resmi, praktik “deal-dealan” kayak gini tetap ada di sini.

Apa Sih Plea Bargaining Itu?

Plea bargaining adalah proses negosiasi antara terdakwa (orang yang dituduh melakukan kejahatan) dengan jaksa penuntut umum. Di sini, terdakwa biasanya “mengaku bersalah” untuk mendapatkan hukuman yang lebih ringan atau supaya tuduhan yang lebih berat dicabut. Jadi, ini semacam tukar guling antara mengaku bersalah dengan keuntungan tertentu.

Contohnya gini, seseorang didakwa mencuri dengan kekerasan. Hukuman maksimalnya bisa bertahun-tahun penjara. Tapi, kalau dia setuju mengaku bersalah atas tuduhan pencurian biasa tanpa kekerasan, hukumannya bisa lebih ringan. Tentu saja, negosiasi ini harus persetujuan hakim juga.

Kenapa Ada Plea Bargaining?

Mungkin kita pikir, “Loh, kok kayaknya nggak adil ya? Kan dia tetap salah!” Tapi plea bargain ada bukan tanpa alasan, lho. Berikut beberapa alasannya:

  • Menghemat Waktu dan Biaya Pengadilan

Kasus pidana bisa butuh waktu lama buat selesai. Plea bargain bisa mempercepat proses tanpa harus sidang panjang. Pengadilan jadi nggak terlalu penuh dengan kasus-kasus kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan lebih cepat.

  • Mengurangi Beban Pengadilan

Kalau semua kasus masuk ke pengadilan tanpa ada negosiasi, pengadilan bisa overload. Kasus-kasus besar jadi lebih susah ditangani dengan efektif. Jadi, plea bargain bisa membantu fokus pengadilan ke kasus-kasus berat.

  • Memberi Kepastian Hukum

Buat terdakwa, plea bargain bisa ngasih kepastian lebih cepat tentang nasib mereka. Nggak perlu nunggu lama buat sidang panjang yang hasilnya belum pasti.

  • Memperoleh Kerjasama dari Terdakwa

Dalam kasus yang lebih besar, terdakwa bisa bantu mengungkap kasus lain yang lebih rumit atau melibatkan banyak orang. Misalnya, dalam kasus narkoba, terdakwa bisa memberikan informasi tentang jaringan yang lebih besar. Jadi, negosiasi ini bisa bermanfaat buat penegak hukum juga.

  • Menyelamatkan Korban atau Saksi

Dalam beberapa kasus kekerasan, plea bargain bisa menyelamatkan korban atau saksi dari trauma lebih lanjut. Misalnya, saksi korban nggak perlu hadir di pengadilan untuk bersaksi karena terdakwa sudah mengaku bersalah.

Bagaimana Plea Bargaining Bekerja?

Biasanya, plea bargaining dilakukan dalam tiga bentuk utama:

  • Charge Bargaining

Terdakwa setuju mengaku bersalah atas tuduhan yang lebih ringan. Misalnya, dari pembunuhan jadi pembunuhan tidak berencana. Ini sering dilakukan di kasus yang serius biar terdakwa bisa dapat hukuman lebih ringan.

  • Sentence Bargaining

Terdakwa mengaku bersalah, tapi dengan jaminan hukuman lebih ringan dari yang seharusnya. Misalnya, seorang terdakwa setuju mengaku bersalah dalam kasus narkoba, tapi hukuman penjara yang dijatuhkan lebih pendek.

  • Fact Bargaining

Terdakwa mengakui fakta tertentu dalam kasusnya supaya tuduhan lain yang lebih berat dihapuskan. Contohnya, terdakwa mengakui kepemilikan senjata ilegal tapi jaksa setuju untuk nggak menuntut dia atas pemakaian senjata tersebut dalam kejahatan.

Apakah Plea Bargaining Ada di Indonesia?

Nah, ini menarik! Di Indonesia, plea bargain secara formal nggak ada dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Tapi, ada beberapa kasus di mana unsur-unsur negosiasi terjadi, misalnya dalam kasus tindak pidana korupsi. Terdakwa kadang mau mengembalikan kerugian negara atau memberikan informasi penting sebagai bentuk kerjasama yang bisa meringankan hukuman.

Di Indonesia, konsep yang agak mirip dengan plea bargain bisa dilihat dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di situ ada istilah “justice collaborator,” yaitu terdakwa yang bekerja sama mengungkap pelaku lain. Walaupun nggak sepenuhnya sama, tapi ada kemiripan dengan plea bargaining.

Apakah Plea Bargaining Adil?

Ini juga sering jadi perdebatan. Di satu sisi, plea bargaining dianggap adil karena bisa mempercepat proses hukum dan memberikan kesempatan kedua buat terdakwa. Tapi, ada juga yang merasa kalau ini “trik licik” buat lolos dari hukuman berat, apalagi kalau pelakunya orang berduit atau punya koneksi kuat.

Selain itu, nggak semua terdakwa ngerti soal hukum. Kadang mereka merasa terpaksa mengaku bersalah walaupun sebenarnya nggak paham risiko atau hak-hak mereka. Di sinilah masalah bisa muncul. Kalau nggak ada penasihat hukum yang baik, terdakwa bisa rugi besar.

Pandangan Publik terhadap Plea Bargaining

Di negara-negara yang menerapkan plea bargain, ada yang mendukung dan ada yang menolak. Bagi pendukung, plea bargaining dianggap efektif buat menangani kasus besar dan kompleks. Tapi bagi yang menolak, ini bisa jadi cara buat kriminal besar “beli” hukuman ringan.

Di Indonesia sendiri, karena konsep plea bargaining ini nggak resmi, masyarakat kadang curiga kalau ada terdakwa yang kelihatannya “mudah” dapat hukuman ringan. Misalnya, dalam kasus korupsi besar, orang-orang bisa mikir, “Lah, korupsi miliaran tapi cuma dihukum beberapa tahun doang?”

Apakah Plea Bargaining Bisa Diterapkan di Indonesia?

Kalau mau diterapkan resmi, Indonesia perlu regulasi yang jelas banget. Perlu ada aturan buat menghindari penyalahgunaan kekuasaan, supaya plea bargain nggak jadi celah buat orang-orang berpengaruh buat kabur dari hukuman berat.

Di sisi lain, penerapan plea bargaining yang tepat bisa bantu mengurai kasus-kasus menumpuk di pengadilan. Yang penting, perlu ada kontrol ketat dan transparansi dalam pelaksanaannya. Kalau diterapkan dengan baik, plea bargaining bisa jadi solusi yang efektif.

Kesimpulan

Plea bargaining memang terdengar seperti “jalan pintas” dalam dunia hukum, tapi kenyataannya jauh lebih kompleks. Di beberapa negara, praktik ini berhasil mempercepat proses hukum dan menyelesaikan kasus rumit. Di Indonesia, penerapan plea bargaining masih jadi wacana panjang yang perlu kajian mendalam.

Buat kita, penting banget buat lebih tahu soal hukum biar nggak gampang dibohongi atau dimanfaatkan, apalagi kalau suatu hari nanti kita berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan hukum. Plea bargaining bisa jadi trik hukum yang cerdas, tapi juga bisa jadi bumerang kalau nggak dijalankan dengan benar.

journaldelavoix Avatar

Robert Dans

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.